Contoh Resensi Buku Fiksi - Gajah Mada Bergelut Dalam Kemelut Tahta dan Angkara oleh Langit Kresna Hariadi

Resensi menurut KBBI adalah  pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku. Disini saya akan berbagi contoh resensi yang saya buat dengan pengalaman sendiri dan mengambil beberapa kritik dari beberapa sumber.

Judul Buku : Gajah Mada Bergelut Dalam Kemelut Tahta dan Angkara

Pengarang : Langit Kresna Hariadi

Penerbit          : Tiga Serangkai

Tahun terbit : 2006

Tebal halaman     : 508 halaman

ISBN : 9793301902 (ISBN13: 9789793301907)

Sejarah kerajaan Indonesia memang topik yang menarik untuk dikulik, apalagi cerita itu dikemas dengan baik sehingga masyarakat umum lebih tertarik untuk membacanya. Langit Kresna Hariadi adalah salah satu dari banyak pengarang buku yang bertemakan Kerajaan Majapahit yang terkenal. Ia mengarang lima seri novel Gajah Mada dan buku-buku sejarah lainnya. 

 

Novel ini bercerita tentang pemberontakan yang terjadi di Majapahit pasca meninggalnya Raja Jayanegara. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Pasukan Bhayangkara yang dipimpin oleh Gajah Mada. Kejutan dalam novel ini adalah bahwa banyak orang di belakang Raden Cakradara dan Raden Kudamerta (keduanya calon suami calon Ratu Majapahit) yang haus kekuasaan. Kedua orang tersebut seolah hanya menjadi boneka demi mendapat kekuasaan. Kejutan lain adalah kenyataan bahwa istri Ra Tanca (Ra Tanca pernah ingin makar dan telah terbunuh) yang menghimpun kekuatan untuk makar terhadap Majapahit.

 

Permasalahan muncul ketika Raja Jayanegara mengalami sakit. Tabib bernama Ra Tanca yang diperintahkan mengobati sang raja justru memberikan racun yang berakibat pada kematian sang raja. Kematian Jayanegara menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di kerajaan. Raden Wijaya tak memiliki anak lelaki lain, sementara Raja Jayanegara belum memiliki istri maupun anak, maka tampuk kekuasaan diserahkan pada salah satu dari kedua putri dari raja pertama Majapahit (Raden Wijaya) yaitu Sri Gitarja dan Dyah Wiyat (dua-duanya anak dari Ratu Gayatri). Permasalahannya adalah para calon suami dari kedua putri tersebut ternyata memiliki teman dan kerabat yang sangat haus akan kekuasaan. 

 

Ada begitu banyak pembunuhan maupun upaya pembunuhan terutama dialamatkan kepada Raden Kudamerta (calon suami dari Dyah Wiyat) dan pengikutnya. Ternyata dalang semua pembunuhan ini adalah Panji Wiradapa, paman dari Raden Kudamerta yang memiliki nama lain yaitu Brama Rahbumi (juga dikenal sebagai Rangsang Kumuda). Panji Wiradapa ini adalah tangan kanan Ramapati (Ramapati pernah membuat kekacauan hingga Raden Jayanegara mengungsi). Bahkan Panji Wiradapa pernah berniat melukai Raden Kudamerta sendiri dengan tujuan agar Raden Cakradara (calon suami dari Sri Gitarja) menjadi korban fitnah. Pada akhirnya terbongkarlah rahasia bahwa Rangsang Kumuda ini membangun kekuatan (untuk melakukan makar terhadap Majapahit) di Karang Watu yang kepemimpinannya diserahkan kepada janda Ra Tanca (yang berpura-pura menjadi laki-laki bergelar Raden Panji Rukramurti). Dia mewarisi kebencian suaminya terhadap Majapahit dan selalu beranggapan bahwa Majapahit dipenuhi oleh orang-orang yang busuk terutama Jayanegara yang dianggap pernah menggodanya. Bahkan Dyah Wiyat dianggap mencuri hati suaminya. Janda Ra Tanca ini mewarisi kemampuan mendiang suaminya dalam pengobatan dan racun. Pada akhirnya pemberontakan ini dapat dipadamkan sepenuhnya oleh pasukan Majapahit. Di kemudian hari Tribuana Tunggadewi ini akan melahirkan Raja Hayam Wuruk yang membawa kejayaan pada Majapahit.

 

Pengarang novel ini berhasil menciptakan karya yang berhasil menarik orang awam yang biasanya tidak tertarik pada topik sejarah. Novel ini cocok untuk remaja hingga orang tua yang menyukai karangan fiksi dengan alur cerita detektif yang membuat semakin penasaran. Novel ini menyajikan cerita yang dibumbui dengan konflik-konflik menarik. Gangguan mungkin ada di bagian awal, karena begitu banyak catatan kaki dan ribetnya mengingat nama tokoh, karena nama tokoh yang panjang dan memiliki nama lain.

 

Langit Kresna Hariadi lebih ambisius dengan menjadikan Gajah Mada, salah satu tokoh sejarah paling terkenal di Indonesia, menjadi tokoh utama ceritanya. Sehingga dia terjebak terlalu mengagung-agungkan dan menonjolkan Gajah Mada menjadi tokoh yang begitu cerdas, bijaksana, sakti, dan semua yang serba hebat. Buku ini kebanyakan berfokus pada pengejaran, peperangan, dan pemberontakan yang akan mengantarkan ke ke pengejaran dan peperangan berikutnya. Selain itu sepertinya terdapat ketidakakuratan waktu yang tidak sesuai dengan catatan sejarah yang ada. Adapun kecacatan dalam pemilihan kata yang menurut saya tidak sesuai dan banyak pengulangan beberapa kalimat. Beberapa bagian dalam novel ini tidak bisa langsung saya pahami sekali baca, dan harus mengulangnya beberapa kali, ditambah dengan pengulangan kalimat sehingga saya sempat bosan untuk membaca.


Comments